Minggu, 10 Februari 2013

Aqidah, Landasan Utama dalam Agama


ü  Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini seseorang.
ü  Aqidah secara syara’ ialah iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, dan Hari Akhir serta Qadha dan Qadar. Hal ini disebut dengan rukun iman.
ü  Syaria’t terbagi menjadi dua:
1.      I’tiqadiyah               
Merupakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti i’tiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepada-Nya, juga beri’tiqad terhadap rukun iman lainnya. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama).
2.      Amaliyah
Merupakan segala yang berhubungan dengan tata cara amal. Contohnya adalah shalat, puasa, zakat, dll. Bagian ini disebut dengan far’iyah (cabang agama), karena dibangun di atas i’tiqadiyah. Nah, benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya i’tiqadiyah.
ü  Aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama dan merupakan syarat sahnya amal. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam QS Al Kahfi: 110, “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.
ü  Perhatian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pertama kali adalah pelurusan aqidah. Dalam hal pertama yang didakwahkan para Rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam QS An Nahl: 36, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’,...”.
ü  Para da’i dan pelurus agama dalam setiap masa yang telah mengikuti jejak para rasul dalam berdakwah. Sehingga mereka memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan aqidah, setelah itu mereka mengajak kepada seluruh perintah agama yang lain.
ü  Aqidah adalah taufiqiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syar’i, tidak ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena itu, sumbernya hanya pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
ü  Maka segala apa yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang hak Allah mereka mengimaninya, meyakininya, dan mengamalkannya. Sedangkan apa yang tidak ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah mereka menolak dan menafikannya dari Allah.
ü  Umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan yang kesemuanya di Neraka, kecuali satu golongan. Ketika ditanya tentang yang satu itu, beliau menjawab: “Mereka adalah orang yang berada di atas ajaran yang sama dengan ajaranku pada hari ini, dan para sahabatku.” (HR Ahmad)
ü  Sebab-sebab penyimpangan dari aqidah shahihah yang harus diketahui:
1.      Kebodohan terhadap aqidah shahihah.
2.   Ta’ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyang, sekalipun hal itu bathil dan mencampakkan apa yang menyalahinya sekalipun hal itu benar.
3.     Taqlid buta.
4.    Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan orang shalih dan mengangkat mereka di atas derajat yang semestinya.
5.    Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya (ayat-ayat kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam Kitab-Nya (ayat-ayat Qur’aniyah)
ü  Cara menanggulangi penyimpangan itu:
1.  Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengambil aqidah shahihah.
2. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf di berbagai jenjang pendidikan.
3.    Harus ditetapakn kitab-kitab salaf yang bersih materi pelajarannya.
4. Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah bathil.



Maroji :
Kitab Tauhid jilid 1 - Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar