ü Aqidah berasal
dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini
seseorang.
ü Aqidah secara
syara’ ialah iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para
Rasul-Nya, dan Hari Akhir serta Qadha dan Qadar. Hal ini disebut dengan rukun
iman.
ü Syaria’t terbagi
menjadi dua:
1. I’tiqadiyah
Merupakan
hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti i’tiqad
(kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepada-Nya, juga
beri’tiqad terhadap rukun iman lainnya. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama).
2. Amaliyah
Merupakan
segala yang berhubungan dengan tata cara amal. Contohnya adalah shalat, puasa,
zakat, dll. Bagian ini disebut dengan far’iyah (cabang agama), karena dibangun
di atas i’tiqadiyah. Nah, benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan
rusaknya i’tiqadiyah.
ü Aqidah yang
benar adalah fundamen bagi bangunan agama dan merupakan syarat sahnya amal.
Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam QS Al Kahfi: 110,
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadah kepada Tuhannya.”
ü Perhatian Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang pertama kali adalah pelurusan aqidah. Dalam hal
pertama yang didakwahkan para Rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah
semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia. Sebagaimana firman
Allah Ta’ala dalam QS An Nahl: 36, “Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah thaghut itu’,...”.
ü Para da’i dan
pelurus agama dalam setiap masa yang telah mengikuti jejak para rasul dalam
berdakwah. Sehingga mereka memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan
aqidah, setelah itu mereka mengajak kepada seluruh perintah agama yang lain.
ü Aqidah adalah taufiqiyah.
Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syar’i, tidak ada medan
ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena itu, sumbernya hanya pada Al-Qur’an
dan As-Sunnah.
ü Maka segala apa
yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang hak Allah mereka
mengimaninya, meyakininya, dan mengamalkannya. Sedangkan apa yang tidak
ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah mereka menolak dan menafikannya dari
Allah.
ü Umat ini akan
terpecah menjadi 73 golongan yang kesemuanya di Neraka, kecuali satu golongan.
Ketika ditanya tentang yang satu itu, beliau menjawab: “Mereka adalah orang
yang berada di atas ajaran yang sama dengan ajaranku pada hari ini, dan para
sahabatku.” (HR Ahmad)
ü Sebab-sebab
penyimpangan dari aqidah shahihah yang harus diketahui:
1. Kebodohan
terhadap aqidah shahihah.
2. Ta’ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang
diwarisi dari bapak dan nenek moyang, sekalipun hal itu bathil dan mencampakkan
apa yang menyalahinya sekalipun hal itu benar.
3. Taqlid buta.
4. Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para
wali dan orang shalih dan mengangkat mereka di atas derajat yang semestinya.
5. Ghaflah (lalai) terhadap perenungan
ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya (ayat-ayat kauniyah) dan
ayat-ayat Allah yang tertuang dalam Kitab-Nya (ayat-ayat Qur’aniyah)
ü Cara
menanggulangi penyimpangan itu:
1. Kembali kepada
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
mengambil aqidah shahihah.
2. Memberi
perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf di
berbagai jenjang pendidikan.
3. Harus ditetapakn
kitab-kitab salaf yang bersih materi pelajarannya.
4. Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat
Islam dengan mengajarkan aqidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh
aqidah bathil.
Maroji :
Kitab Tauhid jilid 1 - Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar