Alhamdulillaah, segala puji bagi Allah Subhaanahu wa Ta’ala, Rabb semesta
alam, karena telah melimpahkan nikmat-Nya yang begitu banyak sekali, sehingga
kita tidak dapat mengitung nikmat tersebut dengan jari tangan dan jari kaki
kita. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita,
Nabi kita, Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, beserta pada
keluarganya, para shahabatnya, dan para pengikutnya yang selalu setia berada di
jalannya hingga yaumul akhir nanti, dan semoga kita termasuk golongan
yang diberi syafa’at oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam di yaumul
akhir.
Para pembaca rahimakumullaah....
Agama Islam, merupakan agama yang telah Allah nyatakan sebagai agama penutup segala agama atau agama penyempurna segala agama samawi atau agama yang menghapus segala agama yang ada di muka bumi ini. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'ala yang artinya:
"... Pada hari ini Ku-sempurnakan agama kalian untuk kalian, dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku atas kalian, serta Ku-ridhai Islam itu sebagai agama bagi kalian..." (QS Al Maidah: 3)
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam." (QS. Ali Imran: 19)
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS Ali Imran 85)
Para pembaca yang budiman...
Dari uraian di atas, saya punya pertanyaan yang simple. Apa itu Islam? Apakah pembaca tau tentang Islam???
Telah diterangkan oleh banyak ulama tentang makna dari Islam itu sendiri. Kita di sini tidak menganalisa satu per satu. Namu di sini kita hanya mencukupkan pada salah satu penafsiran Islam dari salah seorang ulama yang mencurahkan hidupnya untuk menegakkan kemurnian Islam, yakni sebuah definisi Islam dari Syaikh Muhammad At-Tamimi dalam salah satu risalah beliau rahimahullah yang terkenal yakni Ats-Tsalatsatul Ushul (Tiga Landasan Pokok).
Telah diterangkan oleh banyak ulama tentang makna dari Islam itu sendiri. Kita di sini tidak menganalisa satu per satu. Namu di sini kita hanya mencukupkan pada salah satu penafsiran Islam dari salah seorang ulama yang mencurahkan hidupnya untuk menegakkan kemurnian Islam, yakni sebuah definisi Islam dari Syaikh Muhammad At-Tamimi dalam salah satu risalah beliau rahimahullah yang terkenal yakni Ats-Tsalatsatul Ushul (Tiga Landasan Pokok).
Islam adalah berserah diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla
dengan adanya tauhid, tunduk kepada-Nya dengan ketaatan serta berlepas diri
dari kesyirikan dan pelaku kesyirikan itu sendiri. Islam juga memiliki tiga
tingkatan: Islam, Iman, dan Ikhsan. Dan setiap tingkatan memiliki rukun.
Dari definisi di atas, jika kita perhatikan dengan saksama, inti dari kalimat tersebut adalah mengikhlaskan peribadatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla semata dan menyelisihi kesyirikan dan pelakunya. Hal ini akan terasa klop dengan pemaknaan kalimat Laa ilaaha illa Allah. Serta banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur’an maupun hadits-hadits nabawiyah yang mengaitkan perintah untuk beriman kepada Allah dan menjauhi kesyirikan. Misalnya dalam firman Allah Ta’ala yang artinya:
[162] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah Ta’ala
Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Ta'ala...
Mengkhususkan ibadah hanya untuk Allah semata mengandung konsekuensi meninggalkan segala macam peribadatan kepada selain Allah (meninggalkan kesyirikan).
Hal ini melazimkan seseorang untuk berlepas diri terhadap pelaku kesyirikan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya):
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan Dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja...” (QS Al Mumtahanah: 4)
Dan setelah itu ada tingkatan iman dan ihsan setelah tingkatan Islam sebagaimana hadits ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallaahu ‘anhu tentang datangnya malaikat Jibril ‘alaihissalam yang datang mengajarkan Islam. Semua tingkatan tersebut termasuk agama Islam yakni agama yang disyari’atkan Allah ‘Azza wa Jalla kepada hamba-Nya dan diutus dengannya para rasul seluruhnya.
Sumber: Majalah Izzudin SMAN 1 Surakarta ed 79/Rabi'ul Awal 1432 H/Februari 2012 M
Dari definisi di atas, jika kita perhatikan dengan saksama, inti dari kalimat tersebut adalah mengikhlaskan peribadatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla semata dan menyelisihi kesyirikan dan pelakunya. Hal ini akan terasa klop dengan pemaknaan kalimat Laa ilaaha illa Allah. Serta banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur’an maupun hadits-hadits nabawiyah yang mengaitkan perintah untuk beriman kepada Allah dan menjauhi kesyirikan. Misalnya dalam firman Allah Ta’ala yang artinya:
“Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah: 256)
[162] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah Ta’ala
Sungguh sebuah agama yang sangat mudah dan jelas. Hanya memuat dua
perkara yang saling menguatkan yakni perintah berserah diri kepada Allah
sebagai satu-satunya Rabb yang diibadahi yang berkonsekuensi mengingkari semua
hal yang disembah selain ataupun bersama Allah. Inilah inti dakwah dari para
Nabi. Namun, mengapa perkara yang sebenarnya jelas masih banyak belum
dimengerti bahkan menjadi sebab dihancurkannya umat atau sekelompok manusia
melalui adzab Allah karena menolak kedua perkara ini? Hal ini disebabkan karena
kurang perhatian seseorang terhadap pelajaran agama Islam. Jika kita mau
mempelajari agama yang mulia ini, niscaya kita akan mampu memahami dengan baik
makna dari Islam itu. Sehingga, dapat kita tarik kesimpulan:
Islam adalah ikhlas kepada Allah semata yakni melakukan ibadah
dengan tujuan semata-mata mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla
dan mendapatkan surga-Nya. Hal ini ditempuh dengan cara:
Yakni berserah diri kepada Allah dengan ibadah
dan mengkhususkan ibadah tersebut hanya kepada Allah beserta ketaatan yang
mencakup pelaksanaan terhadap semua perintah-Nya penolakan terhadap apa yang
Allah larang untuk dikerjakan.Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Ta'ala...
Mengkhususkan ibadah hanya untuk Allah semata mengandung konsekuensi meninggalkan segala macam peribadatan kepada selain Allah (meninggalkan kesyirikan).
Hal ini melazimkan seseorang untuk berlepas diri terhadap pelaku kesyirikan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya):
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan Dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja...” (QS Al Mumtahanah: 4)
Apabila seseorang telah melakukan hal itu, berarti ia telah masuk
Islam sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya: “...Karena itu barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus...” (QS Al Baqarah: 256)
Dan setelah itu ada tingkatan iman dan ihsan setelah tingkatan Islam sebagaimana hadits ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallaahu ‘anhu tentang datangnya malaikat Jibril ‘alaihissalam yang datang mengajarkan Islam. Semua tingkatan tersebut termasuk agama Islam yakni agama yang disyari’atkan Allah ‘Azza wa Jalla kepada hamba-Nya dan diutus dengannya para rasul seluruhnya.
Barakallaahu fii kum....
Wallaahu a’lam bish showab....Sumber: Majalah Izzudin SMAN 1 Surakarta ed 79/Rabi'ul Awal 1432 H/Februari 2012 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar